Kunjungan Kak Seto di SD MuhlaS

Belajar di luar kelas. PPLH Seloliman 2010 Kelas 5 dan 6 Part 001

Rabu, 16 Juni 2010



Kegiatan rafting kepala SD Muhammadiyah se-Kota Surabaya

Pacet, 11-12 Juni 2010

Selasa, 15 Juni 2010

KEGIATAN RAKER KEPALA SD MUHAMMADIYAH SE-KOTA SURABAYA

Semua kepala SD Muhammadiyah se-Kota Surabaya meluapkan kegembiraan dan keceriaan
Dengan kegiatan Rafting / Arum Jeram dengan menyusuri aliran sungai yang sangat deras sepanjang 7 km.

Kegiatan seperti sangat bermanfaat bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola sekolah.

Senin, 07 Juni 2010

ARTIKEL

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

SEBAGAI LANDASAN MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Oleh : Irwan, S.Pd, M.Pd.I *

Pendidikan karakter harus segera diterapkan, untuk membangun karakter bangsa. Diantara karakter yang ingin kita bangun adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan yang terbaik ( giving the best ) serta mampu memberikan prestasi yang dijiwai oleh nilai – nilai kejujuran, kutipan pernyataan menteri pendidikan nasional ‘ Muhammad Nuh “.

Sehubungan dengan pernyataan Bapak Menteri Pendidikan Nasional di atas mungkin kita akan sangat setuju, namun pertanyaan yang harus kita jawab sekarang adalah 1 ) kapan pendidikan karakter ( Character education ) benar – benar terlaksana secara integrasi di sekolah? 2) sudahkah kita merivisi arah dan tujuan utama pendidikan ?

Pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun lebih dari itu yaitu bagaimana dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, mempunyai skill yang mumpuni, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika dan yang lebih penting adalah perilaku dalam kehidupan sehari – hari.

Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang ? banyak kita jumpai perilaku para anak didik yang kurang sopan, tidak mau menghormati orang tua, terjadi kekerasan fisik terhadap anak, pelecehan seksual terhadap anak, penculikan anak sekolah, kasus tawuran antar pelajar dan kelompok anak muda, perampokan, serta aksi kejahatan lainnya. Semua itu dilakukan oleh anak bangsa yang lahir dari sebuah proses pendidikan di negeri ini. Kasus – kasus tersebut mencerminkan adanya kesalahan serta kelemahan dalam system pendidikan kita, mungkin kita terlalu asik dengan hasil UNAS / UASBN, terlena dengan target 100% lulus UNAS / UASBN, terlalu bangga dengan hasil UMPTN dan sejenisnya, namun sedikit kita lupakan bahkan jarang diperhatikan bagaimana keberhasilan anak didik / siswa diukur dari segi moral, perilaku bahkan keterampilan hidup ( life skill) yang dimiliki oleh siswa . Menurut Danile Goleman bahwa keberhasilan anak dimasyarakat 80% ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 20% keberhasilan ditentukan oleh kecerdasan IQ. Banyak lulusan UNAS / UASBN namun pada akhirnya menjadi pengangguran, trobel maker, tersangkut masalah narkoba, terlibat perampokan, stress, ataupun pemicu timbulnya masalah – masalah social lainnya.

Sampai dengan saat ini masih banyak rekan – rekan guru yang hanya sebatas mengajar, menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa mendapat nilai seratus setelah itu selesai, sebaliknya hanya sedikit diantara banyak guru yang menginternalisasi nilai – nilai etika, moral, estetika dalam proses pembelajaran. Sangat disayangkan memang proses sertifikasi guru yang menelan dana cukup besar yang semestinya mampu meningkatkan kompetensi guru tetapi sampai sekarang masih belum begitu memberikan kontribusi yang berarti terhadap kualitas pembelajaran guru dalam kelas, utamanya proses pembelajaran yang bermakna dan bernilai bagi siswa dan guru itu sendiri. Sekolah dan guru memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak, oleh karena itu sekolah harus memiliki program yang mengarah kepada pembentukan karakter dan perilaku anak sebagai prioritas utama ( the main priority ) disamping target kurikulum yang lain.

Anak bangsa ini tidak butuh angka seratus atau angka sejenisnya yang mencerminkan seseorang berhasil, namun yang mendesak dibutuhkan sekarang adalah memberlakukan secara optimal pendidikan berbasis karakter yang berorientasi kepada nilai – nilai kepribadian, etika, moral, serta keterampilan hidup di lingkungan sekolah. Bila ini yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini menteri pendidikan nasional , maka sangat mungkin di masa – masa yang akan datang akan muncul generasi yang kaya akan nilai – nilai moral, estetika, keterampilan hidup atau dengan kata lain mampu melahirkan generasi yang berkarakter sehingga kasus – kasus yang terjadi belakangan ini akan terendus oleh kehadiran generasi yang berkeberadaban.

Pengertian karakter menurut Pusat bahasa Depdiknas adalah “ bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi, pekerti, perilaku, personality, sifat, tabiat, temperamen, dan watak ”. Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai – nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan. Menurut David Elkind & FreddySweet Ph.D ( 2004 ), pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru yang mampu mempengaruhi karakter siswa. Sedangkan menurut T. Ramli ( 2003 ), pendidikan karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pembentukan karakter manusia meliputi seluruh potensi yang ada dalam psikolgis manusia yang meliputi ( kognisi, afeksi, dan psikomotorik).

Pendidikan karakter mutlak diperlukan di masa sekarang dan yang akan datang, terutama di lingkungan sekolah dan keluarga. Pemerintah sudah saatnya mengintegrasikan pendidikan karakter pada semua pelajaran dalam kurikulum karena sesungguhnya pendidikan karakter itu sudah mencakup seluruh aspek potensi yang dimiliki seseorang yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor ( Trilogi Pendidikan ). “ Mahatma Gandhi ” mengatakan salah satu tujuh dosa besar adalah “education without character”, sementara itu Theodore Roosevelt “ mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak bukan aspek moral adalah ancaman marabahaya kepada masyarakat.

Yang paling akhir dari uraian ini , mari kita tauladani landasan yang sudah ditorehkan oleh bapak pendidikan kita seperti Ki Hajar Dewantara dan K.H Ahmad Dahlan yang mengawali pendidikan di negeri ini dengan mengadaptasi pendidikan barat untuk kemajuan umat Islam. Sentuhan etika, moral serta kompetensi alam anak didik dengan penuh tuntunan yang menjadi dasar utama . Selanjutnya pemerintah harus menjadikan pendidikan budaya ( culture education ), pendidikan lingkungan hidup ( environmental education ), dan pendidikan kecakapan hidup ( life skill education) sebagai muatan utama dalam kurikulum pendidikan sehingga bangsa ini mampu bersaing dengan negara lain .

* penulis adalah pemerhati pendidikan , kepala SD Muhammadiyah 11 Surabaya